Penjelasan Mendalam
1. Tujuan & Nilai Tambah
XRP dibuat untuk mengatasi masalah dalam pembayaran lintas batas, seperti biaya tinggi dan waktu penyelesaian yang lama (1–5 hari melalui sistem tradisional seperti SWIFT). XRP berfungsi sebagai alat likuiditas bagi institusi, memungkinkan transfer instan antar mata uang tanpa perlu akun yang sudah didanai sebelumnya. Contohnya, On-Demand Liquidity (ODL) dari Ripple menggunakan XRP untuk mengurangi biaya hingga 40–60% bagi mitra seperti SBI Remit dan Santander (XRPL.org).
2. Teknologi & Arsitektur
XRP Ledger menggunakan protokol konsensus (bukan proof-of-work) di mana validator menyetujui transaksi setiap 3–5 detik dengan konsumsi energi yang sangat rendah. Sistem ini mampu memproses 1.500 transaksi per detik dengan biaya sekitar $0,0002 per transaksi, menjadikannya lebih cepat dan lebih murah dibandingkan Bitcoin atau Ethereum (CoinMarketCap). Ledger ini juga mendukung pertukaran terdesentralisasi (DEX), NFT, dan smart contract melalui sidechain.
3. Tokenomik & Tata Kelola
Semua 100 miliar XRP sudah dibuat sejak 2012, dengan sekitar 55 miliar disimpan dalam escrow oleh Ripple untuk mengontrol pasokan. Saat ini, pasokan yang beredar sekitar 60 miliar. Tata kelola bersifat terdesentralisasi: perubahan protokol memerlukan persetujuan 80% validator, dan tidak ada satu entitas pun yang mengendalikan jaringan secara penuh.
Kesimpulan
XRP adalah aset digital yang dirancang khusus untuk pembayaran tingkat institusional, menggabungkan kecepatan, efisiensi biaya, dan kejelasan regulasi setelah penyelesaian kasus SEC pada 2025. Dengan adopsi yang terus berkembang dalam keuangan lintas batas dan tokenisasi, muncul pertanyaan penting: Bisakah XRP berkembang lebih jauh dari sekadar pembayaran untuk menjadi fondasi infrastruktur keuangan berbasis blockchain di masa depan?