Glosarium

Inflasi

Easy

Kenaikan harga secara umum dan penurunan nilai beli uang.

Apa Itu Inflasi?

Inflasi adalah depresiasi mata uang yang lambat dari waktu ke waktu. Ini sebagian besar mengacu pada mata uang fiat, seperti dolar atau euro, karena beberapa aset kripto seperti Bitcoin memiliki suplai tetap dan tingkat inflasi yang dapat diprediksi yang pada akhirnya akan berakhir pada nol. Mata uang fiat, di sisi lain, tidak memiliki tingkat inflasi yang dapat diprediksi. Misalnya, satu dolar pada tahun 1972 memiliki nilai lebih dari satu dolar pada tahun 2022 karena kehilangan beberapa poin persentase nilainya setiap tahun akibat inflasi.

Karena alasan ini, harga naik dalam sistem inflasi. Produsen dan konsumen berusaha mempertahankan daya beli mereka. Dengan kata lain, mereka ingin dapat membeli jumlah barang yang sama meskipun ada harga nominal.

Bagaimana Cara Kerja Inflasi?

Ada tiga jenis inflasi:

  • Inflasi Moneter: Ekspansi jumlah uang beredar. Ini adalah jumlah mata uang yang beredar dan mengacu pada uang tunai, deposito di bank komersial, dan rekening umum Departemen Keuangan di Federal Reserve (seperti rekening bank pemerintah).
  • Inflasi Harga Konsumen: Kenaikan harga menyebabkan inflasi harga konsumen. Hal ini dapat terjadi karena kelangkaan barang, misalnya rantai pasokan tidak berjalan sebagaimana mestinya, atau kenaikan inflasi moneter secara tiba-tiba.
  • Inflasi Harga Aset: Kenaikan harga aset seperti real estat, saham, emas, dan aset kripto.

Apakah Aset Kripto Menyebabkan Inflasi?

Aset kripto tidak menyebabkan inflasi karena tidak memperluas jumlah uang beredar. Namun, inflasi dapat menyebabkan kenaikan harga aset kripto. Misalnya, Bitcoin adalah aset kripto dengan suplai tetap sebesar 21 juta koin. Kelangkaan Bitcoin menarik banyak investor yang mencari lindung nilai terhadap inflasi moneter.

Apakah Ada Inflasi di Dalam Aset Kripto?

Aset kripto juga mengalami inflasi. Tetapi inflasi dalam kripto bekerja secara berbeda dibandingkan dengan mata uang fiat, tergantung pada model token mereka. Bitcoin, misalnya, memiliki tingkat inflasi tetap dan dapat diprediksi yang akan menjadi nol setelah semua 21 juta koin telah ditambang. Oleh karena itu, banyak yang berharap Bitcoin akan naik nilainya dari waktu ke waktu karena tingkat inflasinya yang tetap membuatnya menjadi barang yang langka.

Ethereum, di sisi lain, memiliki tingkat inflasi yang bergantung pada beberapa faktor seperti jumlah token yang staking dan berapa banyak transaksi yang perlu diproses. Hal ini dapat membuat Ethereum menjadi deflasi, artinya lebih banyak ETH yang dibakar daripada yang dibuat.

Namun ada beberapa aset kripto yang tidak memiliki suplai tetap dan inflasi mirip dengan mata uang fiat.