Penjelasan Mendalam
1. Tujuan & Nilai yang Ditawarkan
Keeta menargetkan pasar pembayaran global senilai lebih dari $100 triliun, dengan posisi sebagai alternatif kripto-native untuk sistem lama seperti SWIFT. Protokol ini memungkinkan bank, fintech, dan pemerintah untuk memindahkan aset antar blockchain secara instan sekaligus memastikan kepatuhan regulasi (KYC/AML) secara langsung di tingkat protokol. Contoh penggunaan meliputi pengiriman uang lintas negara, CBDC (Central Bank Digital Currency), dan sekuritas token yang menerapkan aturan khusus wilayah secara otomatis (The Whale Pod).
2. Teknologi & Arsitektur
Keeta menggunakan struktur Directed Acyclic Graph (DAG), yang dalam pengujian di Google Cloud mampu memproses 11 juta transaksi per detik — 2.500 kali lebih cepat dibandingkan Solana. Waktu penyelesaian transaksi hanya 400 milidetik dengan biaya sekitar $0,0001, mendukung kapasitas setara Visa. Jaringan ini juga mengintegrasikan verifikasi identitas digital, memungkinkan institusi mengeluarkan aset dengan izin khusus tanpa mengorbankan privasi pengguna (Keeta Network).
3. Tokenomik & Tata Kelola
Ekosistem Keeta menggunakan dua token:
- $KTA: Aset utama untuk biaya transaksi, staking, dan tata kelola (pasokan maksimal 1 miliar).
- $KUSD: Stablecoin yang menghasilkan hasil (yield) dan didukung oleh aset dunia nyata seperti obligasi pemerintah (Treasuries).
Hasil dari $KUSD digunakan untuk membeli kembali dan membakar token $KTA, menciptakan tekanan deflasi yang terkait dengan permintaan transaksi. Namun, hingga September 2025, 60% token yang didistribusikan melalui airdrop belum diklaim, yang berpotensi menimbulkan risiko dilusi (Phemex).
Kesimpulan
Keeta menggabungkan kepatuhan tingkat institusi dengan skalabilitas mutakhir, bertujuan menjembatani dunia keuangan tradisional (TradFi) dan keuangan terdesentralisasi (DeFi). Meskipun spesifikasi teknis dan dukungan dari Eric Schmidt memberikan kredibilitas, keberhasilan adopsi sangat bergantung pada kemitraan dengan penyedia pembayaran besar. Apakah arsitektur Keeta mampu menghadapi pengawasan regulasi dunia nyata sambil mempertahankan kecepatan unggulnya?