Penjelasan Mendalam
1. Pameran Tech Won’t Save Us (19 November 2025)
Gambaran: SuperRare bekerja sama dengan The Doomed DAO menggelar pameran tunggal XCOPY di New York dan Vienna, dengan tema kekecewaan terhadap teknologi. Acara yang berlangsung di dua kota ini berlangsung hingga 19–20 Desember, menghubungkan seni digital dengan ruang galeri fisik.
Maknanya: Ini memperkuat posisi SuperRare sebagai kurator seni NFT berkonsep tinggi, menarik kolektor institusional dan meningkatkan peran RARE dalam tata kelola serta pemungutan suara untuk inisiatif semacam ini. (SuperRare)
2. Peluncuran Bali Art Residency (29 November 2025)
Gambaran: Karya dari Bali Art Residency 2025 SuperRare resmi dirilis, menampilkan karya animasi oleh @MutagenSamurai. Peluncuran ini bertepatan dengan pembukaan galeri fisik, menggabungkan koleksi nyata dan digital.
Maknanya: Memperluas jangkauan SuperRare ke pasar seni Asia dan menguji model penjualan hibrida NFT-fisik, yang berpotensi meningkatkan keterlibatan pengguna di platform serta aktivitas staking RARE. (Nuclear Samurai)
3. Penjualan Cepat Cemhah (11 November 2025)
Gambaran: Seri NFT “Never Arrive” karya Cemhah terjual habis dengan cepat di SuperRare, hanya menyisakan lima karya 1/1. Permintaan yang didorong oleh kelangkaan ini menunjukkan minat yang meningkat pada seni digital premium.
Maknanya: Lelang yang sukses ini memperkuat posisi SuperRare dalam seni NFT bernilai tinggi, memberikan keuntungan langsung pada tokenomics RARE melalui biaya transaksi dan hadiah bagi pemegang token. (SuperRare)
Kesimpulan
SuperRare semakin fokus pada legitimasi budaya melalui pameran kurasi dan peluncuran NFT-fisik hibrida, sebagai upaya mengatasi kekhawatiran yang muncul setelah eksploitasi senilai $731K pada Juli lalu. Meskipun aktivitas platform masih selektif (penjualan rata-rata 30 hari sekitar $450), kemitraan strategis dan lelang berbasis kelangkaan bertujuan menghidupkan kembali permintaan NFT premium. Apakah pembeli seni institusional akan mempertahankan momentum ini hingga 2026, atau kondisi makroekonomi akan menghambat kebangkitan seni digital?